
depok-update.com – Awal mula peristiwa ini terungkap pada Sabtu, 5 Juli 2025, sekitar pukul 20.55 WIB. Sambil melakukan siaran langsung di Instagram (live IG), sekelompok pelajar perempuan—termasuk tersangka berinisial C—melakukan tindakan perundungan terhadap seorang siswi baru lulus SMP berinisial OZ (15), di sebuah rumah di kawasan Beji, Depok.
Video tersebut menunjukkan korban dipaksa berlutut, ditampar hingga dipukul di wajah, dan diinjak pada bagian leher dengan kejadian berlangsung disaksikan oleh banyak orang secara virtual . OZ sendiri menyebut bahwa saat live berlangsung, jumlah penonton mencapai lebih dari seribu akun.
Menurut penyelidikan sementara, insiden ini dipicu oleh rasa cemburu. Pelaku C marah karena pacarnya dekat dengan korban. Sebelumnya, korban menerima teror melalui pesan dan status media sosial, yang akhirnya memaksa korban menemui pelaku untuk mengklarifikasi situasi tersebut.
OZ mengaku pernah menghindar dan berupaya memperbaiki situasi dengan meminta maaf secara tertulis. Namun, saat pertemuan berlangsung, ia tetap menjadi sasaran kekerasan. Tidak lama kemudian, orang tua OZ—berinisial RA—langsung melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Metro Depok. RA menyayangkan tindakan pelaku yang “membuat anak saya seperti binatang”—karena diinjak dan dipaksa sujud—dan menegaskan tidak akan menerima penyelesaian damai. Ia mendesak agar pelaku dihukum berat sesuai perbuatannya.
Polres Metro Depok, melalui unit Perlindungan Anak & Perempuan (PPA), kini sedang mendalami kasus ini. AKP Made Budi menjelaskan bahwa mereka telah meninjau video yang sempat viral dan tengah melakukan pemeriksaan terhadap korban, pelaku, dan saksi lainnya. Lebih lanjut, polisi juga menegaskan motif rasa cemburu sebagai landasan utama insiden, dan berharap dalam waktu dekat akan ada perkembangan lebih lanjut dari hasil penyidikan .
Semoga, proses hukum yang sedang berjalan di polres metro depok semakin cepat mengungkap fakta, serta memberikan efek jera agar hal serupa tidak terulang. Selain itu, sekolah dan orang tua diharapkan semakin proaktif menyediakan edukasi terjadinya dampak bullying, serta melatih anak-anak untuk mengendalikan emosi digital mereka.